Apa yang Dimaksud dengan 'Realitas di Lapangan' yang Harus Dijaga oleh Kreator? | Knowledge #309

Cover photo by mirume
Ketika seorang kreator menangkap 'realitas', itu bukan sekadar tindakan merekam. Dalam sekejap saat menekan tombol rana, apa yang dipilih dan apa yang diabaikan? Bagaimana menangkap kenyataan yang kadang indah, kadang menyakitkan, sangat terkait dengan pandangan dan etika fotografer.

Photo by Shota Minami
Di era media sosial, gambar dengan cepat menyebar dan sering kali kehilangan konteksnya. Karena itu, sikap fotografer di lapangan menjadi semakin penting.
‘Tidak Mengarahkan’ Sebagai Sebuah Arahan
Untuk menangkap realitas di lapangan, tidak cukup hanya memotret 'apa adanya'. Setiap pilihan komposisi, cahaya, dan jarak menambahkan niat pada foto.
Bahkan, 'terlihat seperti tidak melakukan apa-apa' bisa menjadi arahan yang kuat. Oleh karena itu, kesadaran akan keterlibatan diri sendiri dan meninjau kembali hubungan dengan subjek menjadi bentuk kejujuran terhadap 'realitas'.

Photo by 卯月 彩耀 / Irumi Uzuki
Persimpangan Realitas dan Privasi
Khususnya dalam fotografi jalanan atau di lokasi sosial, realitas dan privasi selalu bersinggungan. Saat menangkap kehidupan atau emosi seseorang, kita tidak boleh melupakan fakta bahwa itu adalah 'rekaman' sekaligus 'intervensi'.
Bukan hanya soal izin, tetapi juga memperhatikan bagaimana subjek ingin ditampilkan adalah bagian penting dari tanggung jawab kreator.

Photo by Tomiey
Momen yang Tidak Cukup Hanya ‘Indah’
Kadang-kadang, realitas itu tidak nyaman, menyakitkan, dan mungkin sesuatu yang tidak ingin dilihat. Namun, justru karena itu, ada pesan yang hanya bisa disampaikan melalui fotografi. Dengan menyampaikan suasana lapangan dan kehadiran orang-orang tanpa hiasan, imajinasi penonton mulai tergerak.

Photo by I'm___yuto__
Bukan pengeditan untuk 'keindahan', tetapi pandangan untuk 'kebenaran'. Itulah cara menangkap realitas yang kini dituntut dari seorang kreator.