
Cover photo by 侑奈
Foto iklan bergaya vintage yang dirilis oleh tampak seperti fotografi yang elegan. Model yang bersantai di atas perahu, seorang pemuda berjalan di sudut jalan, atau seseorang melukis di studio—semuanya terlihat seperti momen yang diabadikan oleh lensa fotografer.
.jpg?auto=format%2Ccompress&fit=max&w=1536&q=75)
©︎ J.Crew
Namun, ketika diketahui bahwa semuanya adalah "seni digital" yang dihasilkan oleh AI, banyak fotografer, penggemar, dan kreator yang terkejut. Tampak seperti ekspresi fotografi yang nyata, tetapi sebenarnya manusia dan pakaian dalam gambar tersebut tidak pernah ada. Peristiwa ini mengundang kita untuk kembali merenungkan apa itu fotografi dan apa itu keaslian.
Distorsi AI yang Terlihat oleh Kreator
Distorsi atau keanehan yang sering muncul pada gambar AI langsung terlihat oleh mata kreator. Misalnya, kaki model yang membengkok ke arah yang tidak wajar, pola pakaian yang tidak menyatu, atau tangan yang tampak menyatu dengan setang sepeda.

Photo by uhe
Hal-hal ini mungkin tampak nyata bagi sebagian orang, tetapi bagi mereka yang telah mengasah kepekaan dengan kamera selama bertahun-tahun, distorsi ini terlihat jelas sebagai "ketidakwajaran." Kritik terhadap "AI slop" ini muncul karena adanya harapan akan kejujuran dan penghormatan terhadap teknik dalam fotografi.
Tanggung Jawab Baru bagi Kreator
Dengan kemajuan teknologi AI di dunia fotografi, kita sebagai kreator dihadapkan pada pilihan baru.
Bukan untuk menolak AI, tetapi untuk mengakui keberadaannya dan memutuskan bagaimana mengintegrasikannya ke dalam ekspresi kita. Menyebutkan alat yang digunakan dalam keterangan karya, membedakan dengan jelas antara foto nyata dan karya AI—hal-hal kecil seperti ini dapat membangun "kepercayaan."

Photo by mori_hero
Karena fotografi lebih dari sekadar ekspresi visual, tetapi juga "cara untuk menangkap kebenaran," menjaga kepercayaan adalah tanggung jawab semua orang yang mengambil dan menciptakan gambar.