Menangkap Momen dengan Finder | 10 Pertanyaan untuk Masa | ISSUE #64

Lahir dan tinggal di Tokyo, lahir tahun 1975. Sejak masa kuliah, saya mengambil foto untuk tujuan dokumentasi, tetapi kemudian saya terjun ke fotografi bawah air melalui hobi menyelam.

Memenangkan penghargaan utama dalam kontes pada kiriman pertama saya menjadi titik balik, membuat saya sangat tertarik pada teknik dan peralatan fotografi, dan saya mulai memperluas minat saya ke fotografi lanskap, astrofotografi, fotografi malam, dan burung liar di darat.

Pertemuan dengan kingfisher di sebuah taman kota menjadi titik awal, dan sekarang saya sepenuhnya terfokus pada fotografi burung liar, terutama kingfisher. Sambil memposting foto di media sosial, saya menghargai eksperimen sehari-hari dan interaksi dengan orang lain.

Ketika saya masih mahasiswa, saya mengambil foto ikan yang saya tangkap sebagai catatan dalam hobi memancing bass dan fly fishing.

Bagi saya saat itu, kamera hanyalah alat untuk dokumentasi.

Karena saya sering memotret satwa liar, mungkin saya merasa bahwa fotografi adalah tentang momen yang tak terulang.

Jika melewatkan momen itu, kesempatan untuk memotret subjek yang sama mungkin tidak akan pernah datang lagi. Saya merasa bahwa fotografi adalah cara untuk mengabadikan pertemuan dan momen tersebut dengan lebih mengesankan dan indah.

Dengan cara mengambil foto yang berbeda, Anda dapat menangkap dunia yang berbeda dari yang dilihat mata manusia, dan itu dapat membangkitkan emosi, aroma, suhu, dan berbagai kenangan dari saat itu.

Yang paling penting, ketika saya berhadapan dengan subjek melalui finder, saya merasa terhanyut ke dalam dunia yang hanya milik saya dan subjek. Saya menyukai waktu yang dihabiskan untuk fotografi seperti itu.

Tidak ada.

Saat putri saya pertama kali berdiri, berjalan, dan ketika dia memanggil saya "Papa" (bahkan itu adalah kata pertamanya), semuanya adalah momen yang membuat saya merasa bahagia.

Selain dari keluarga, ketika saya diberi kesempatan untuk memberikan ceramah di sebuah pertemuan akademis, dan seorang peserta mengatakan "Saya terkesan", serta ketua konferensi mengatakan "Saya senang Anda berbicara", meskipun ada banyak liku-liku, saya merasa terbayar.

Saya mencoba untuk tidak menyimpan emosi marah dalam ingatan saya.

Meninggalkan tempat kerja yang telah lama saya kenal dan cintai untuk mencoba tantangan baru di tempat kerja baru. Pada akhirnya, tantangan itu tidak berhasil, jadi mungkin bisa disebut kegagalan.

Namun, tanpa pilihan itu, saya tidak akan menjadi diri saya yang sekarang, dan itu memberi saya kesempatan untuk belajar banyak hal. Saya tidak tahu apakah hidup yang saya pilih atau yang tidak saya pilih lebih baik, tetapi saya ingin menjalani hidup saya sekarang dengan berpikir bahwa itu adalah yang terbaik.

Rutinitas saya adalah mengurus rumah tangga, bekerja, mengasuh anak, dan mengulanginya.

Saya pergi memotret di waktu luang.
Jika tidak ada waktu luang, saya mengurangi waktu tidur.

Satu-satunya rutinitas yang saya miliki adalah minum kopi di pagi dan malam hari.

Istri saya. Dia mengembalikan warna dalam hidup saya ketika hati saya terasa gersang dan pemandangan terlihat kusam. Tanpa dia, saya mungkin tidak akan mengambil foto seperti sekarang.

Cerpen "Hutan yang Tenggelam di Laut" dalam buku "仄暗い水の底から" oleh Koji Suzuki. Mungkin terdengar seperti horor, tetapi sebenarnya bukan.

Dalam cerpen ini, ada kutipan dari surat seorang ayah kepada anaknya yang mungkin tidak akan pernah sampai, "Meskipun tahu tidak ada jalan keluar, ada saatnya kita harus mencari jalan keluar yang samar dan terus maju." Kata-kata ini selalu teringat ketika saya berada di persimpangan jalan dan membuat pilihan.